Laman

Rabu, 30 Maret 2011

LAPORAN PENULISAN ILMIAH


NAMA              : NURJANAH
NPM                : 10208930
KELAS              : 3EA10
TUGAS             : BAHASA INDONESIA 2
Pertemuan ke-2
Laporan
            Laporan adalah karya tulis ilmiah yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yangberhubungan secara structural atau kedinasan setelah melaksanakan tugas yang diberikan.Laporan tersebut sebagai bukti pertanggung jawaban bawahan atau petugas tim atau panitia kepadaatasannya atas pelaksanaan tugas yang diberikan.
            Laporan merupakan salah satu alat untuk menyampaikan informasi baik formal maupun nonformal. Laporan juga berfungsi sebagai:
1)      Pertanggung jawaban bagi orang yang diberi tugas;
2)      Landasan pimpinan dalam mengambil kebijakan/keputusan;
3)      Alat untuk melakukan pengawasan;
4)      Dokumen sebagai bahan studi dan pengalaman bagi orang lain.

Macam-macam laporan menurut bentuknya:
1)      laporan berbentuk formulir
2)      laporan berbentuk surat
3)      laporan berbentuk memorandum (memo)
4)      laporan berbentuk naskah
5)      laporan berbentuk buku

Sistematika Laporan Ilmiah
           
            laporan ilmiah dapat berbentuk naskah atau buku, karena berisi hal-hal yang terperinci berkaitan dengan data-data yang akurat dan lengkap. Laporan ilmiah atau formal terdiri atas :
Bagian awal, terdiri atas :
a.        Halaman judul : judul, maksud, tujuan penulisan, identitas penulis, instansi asal, kota penyusunan, dan tahun;
b.        Halaman pengesahan (jika perlu);
c.         Halaman motto/semboyan(jika perlu);
d.        Halaman persembahan (jika perlu);
e.        Prakata;
f.          Daftar isi;
g.        Daftar tabel;
h.        Daftar grafik;
i.          Daftar gambar;
j.          Abstrak : uraian singkat tentang isi laporan.

Bagian Isi, terdiri atas :
        I.            PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan ini mengemukakan tentang latar belakang masalah dan urgensi mengapa penelitian tersebut perlu dilakukan. Hal itu dapat dikemas dalam beberapa bagian seperti :
1)      Latar belakang;
2)      Identitas masalah;
3)      Pembatasa masalah;
4)      Rumusan masalah;
5)      Tujuan dan manfaat.

      II.            KAJIAN PUSTAKA
1)      Landasan teori;
2)      Kerangka teori;
3)      Kerangka konsep;
4)      Hipotesis.

    III.            METODE PENELITIAN
1)      Jenis penelitian;
2)      Populasi sampel;
3)      Variabel penelitian;
4)      Definisi operasional variabel;
5)      Desain atau rancangan;
6)      Lokasi dan waktu penelitian;
7)      Pengolahan dan analisis data.

   IV.            PEMBAHASAN

     V.            PENUTUP

Bagian akhir, terdiri dari :
a.      Daftar pustaka;
b.      Daftar lampiran;
c.       Indeks : daftar istilah.

Daftar Pustaka

Drs. Sutedja Sumadipura, Dra. Harmoni Syam. “Mampu Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.” Bandung: 1996.

Drs. M.E. Suhendar, M.Pd. “Pengajaran dan ujian Keterampilan Membaca dan Ketrampilan Menulis.”





NAMA              : NURJANAH
NPM                 : 10208930
KELAS             : 3EA10
TUGAS             : BAHASA INDONESIA 2
Pertemuan ke-2

PENGARUH DETERMINASI BAHASA GAUL (PROKEM) TERHADAP PERBENDAHARAAN BAHASA INDONESIA

Sejarah Pemakaian Bahasa Gaul
            Bahasa prokem awalnya digunakan para preman yang kehidupannya dekat dengan kekerasan, kejahatan, narkoba, dan minuman keras. Istilah-istilah baru mereka ciptakan agar orang-orang di luar komunitas tidak mengerti. Dengan begitu, mereka tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi untuk membicarakan hal negatif yang akan maupun yang telah mereka lakukan (Laman Wilkipedia Indonesia, 2005).
Para preman tersebut menggunakan bahasa prokem di berbagai tempat. Pemakaian bahasa tersebut tidak lagi pada tempat-tempat khusus, melainkan di tempat umum. Lambat laun, bahasa tersebut menjadi bahasa yang akrab di lingkungan sehari-hari, termasuk orang awam sekalipun dapat menggunakan bahasa sandi terebut.
Karena begitu seringnya mereka menggunakan bahasa sandi tersebut di berbagai tempat, lama-lama orang awam pun mengerti maksud bahasa tersebut. Akhirnya mereka yang bukan preman pun ikut-ikutan menggunakan bahasa ini dalam obrolan sehari-hari sehingga bahasa prokem tidak lagi menjadi bahasa rahasia.
Sebuah artikel di Kompas berjudul So What Gitu Loch….(2006: 15) menyatakan bahwa bahasa prokem atau bahasa okem sebenarnya sudah ada sejak 1970-an. Awalnya istilah-istilah dalam bahasa gaul itu untuk merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Oleh karena sering digunakan di luar komunitasnya, lama-lama istilah-istilah tersebut jadi bahasa sehari-hari.
Lebih lanjut, dalam artikel tersebut juga disebutkan bahwa pada tahun 1970-an, kaum waria juga menciptakan bahasa rahasia mereka. Pada perkembangannya, para waria atau banci lebih rajin berkreasi menciptakan istilah-istilah baru yang kemudian ikut memperkaya khasanah perbendaharaan bahasa gaul.
Kosakata bahasa gaul yang berkembang belakangan ini sering tidak beraturan dan cenderung tidak terumuskan. Bahkan kita tidak dapat mempredeksi bahasa apakah yang berikutnya akan menjadi bahasa gaul.
Pada mulanya pembentukan bahasa slang, prokem, cant, argot, jargon dan colloquial di dunia ini adalah berawal dari sebuah komunitas atau kelompok sosial tertentu yang berada di kelas atau golongan bawah (Alwasilah, 2006:29). Lambat laun oleh masyarakat akhirnya bahasa tersebut digunakan untuk komunikasi sehari-hari.
Terdapat berbagai alasan kenapa masyarakat tersebut menggunakan bahasa-bahasa yang sulit dimengerti oleh kelompok atau golongan sosial lainnya. Alasan esensialnya adalah sebagai identitas sosial dan merahasiakan sesuatu dengan maksud orang lain atau kelompok luar tidak memahami.
Kompas (2006: 50) menyebutkan bahwa bahasa gaul sebenarnya sudah ada sejak tahun 1970an. Awalnya istilah-istilah dalam bahasa gaul itu digunakan untuk merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Tapi karena intensitas pemakaian tinggi, maka istilah-istilah tersebut menjadi bahasa sehari-hari.

            Sebagai sarana komunikasi, bahasa Indonesia mempunyai peran untuk menyampaikan informasi. Peran sebagai penyampai informasi ini menuntut agar bahasa Indonesia itu digunakan dengan baik dan benar. Hal ini cukup mendasar karena bahasa Indonesia diharapkan mampu sejajar dengan bahasa internasional.
           
            Berdasarkan penggunaannya bahasa Indonesia dibagi menjadi ragam lisan dan tulisan. Kemudian ragam baku dan nonbaku. Semuanya itu digunakan bergantung pada situasi dan tempat juga dengan siapa bahsa Indonesia itu digunakan. Dalam kondisi tertentu, seperti situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi prioritas utama. pada situasi seperti ini bahasa yang digunakan adalah bahasa yang baku. Penggunaan bahasa sesuai konteks akan sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa. Apabila bahasa baku digunakan dalam situasi santai maka tidak sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa.
           
            Bahasa Indonesia sejatinya mengalami perkembangan. Dari segi usia bahasa Indonesia masih tergolong bahasa muda. Ditetapkan sebagai bahasa nasional dalam kongtes pemuda tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan. Boleh dikatakan bahasa Indonesia dewasa ini bukanlah murni lagi bahasa Melayu khususnya melayu Riau, melainkan bahasa baru. Bahasa Indonesia dikatakan bahasa baru kerena dari segi struktur bahasa maupun kosakata telah mengalami perubahan. Bahasa Indonesia mengalami penyempurnaan dengan penggunaan kosakata-kosakata dari bahasa daerah dan bahasa asing. Total ada kurang lebih 357.000 kosakata bahasa asing yang menjadi bahasa Indonesia.

            Bahasa yang masih berkembang ini menjadikan bahasa Indonesia rentan terhadap perubahan. banyak faktor yang bisa mampengaruhi perubahan tersebut seperti penggunaan bahasa prokem yang menasional. Dan juga penggunaan bahasa asing yang terus menekan keberadaan bahasa Indonesia. Tulisan ini akan mambahasa pengaruh bahasa prokem—yang biasa digunakan anak muda perkotaan—terhadap bahasa Indonesia.


Bahasa Prokem (bahasa gaul)
            Bahasa prokem adalah ragam bahasa Indonesia nonstandar yang lazim digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut sebagai bahasa gaul (Wikipedia). Berdasarkan sejarahnya bahasa ini adalah bahasa sandi yang digunakan oleh anak jalanan atau preman/prokem (pr+OK+em+an= prokem; dua fonem terakhir dihilangkan). Bahasa gaul (prokem) mengawali popularitasnya pada tahun 1998 (Ajip Rosidi). Ternyata seiring perkembangannya bahasa para prokem ini menjadi bahasa pergaulan yang penyebarannya sulit untuk dibendung.

            Bahasa gaul (prokem) bagi bahasa Indonesia jelas menjadi ancaman yang besar. Bisa dilihat penggunaan bahasa gaul (prokem) ini telah mengalahkan popularitas bahasa Indonesia. Dewasa ini media elektronik seperti televisi semakin mendukung penyebaran dan penggunaan bahasa gaul. Mulai dari industri periklanan, sinetron, industri perfilman, semuanya gencar menggunakan bahasa gaul.  

            Celakanya penggunaan bahasa gaul ini semakin diperparah oleh pejabat yang begitu latah menggunakannya. Dalam situasi formal sekalipun bahasa gaul ini digunakan. Jelas sudah bahwa hal ini sudah tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. 

            Perlu untuk dipahami bahawa bahasa gaul (prokem) bukanlah merupakan bagian dari bahasa resmi. Pada dasarnya bahasa ini adalah bahasa yang digunakan pada tingkatan rendah yaitu sebagai bahasa percakapan. msekipun secara struktur tidak jauh berbeda dengan struktur bahasa Indonesia baku. Fakta ini kadang membingungkan orang asing yang sedang belajar bahasa Indonesia karena mereka akan susah untuk membedakan bahasa prokem sebagai bahasa pergaulan dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi. Hal ini disebabkan karena eksploitasi bahasa prokem yang begitu gencar. Akibat buruknya adalah makain tergerusnya perenan bahasa Indonesia dalam penggunaannya sehari-hari.

            Kesalahannya adalah tidak adanya saringan ataupun pembendungan terhadap penyebaran dan penggunaan bahasa prokem ini. Media pertelevisian di Indonesia tidak mampu memfilter penggunaan bahasa prokem ini secara terus menerus. Media televisi cenderung membiarkan penggunaan bahasa prokem ini sebagai alat komersialisasi. Pemerintah seharusnya jeli dalam melihat kondisi ini. Pembatasan penggunaan bahasa prokem dalam media pertelevisan atau periklanan harus diterapkan. 

            Kekhawatiran yang nyata adalah akibat dari perkembangan dan penggunaan bahasa gaul akan mempengaruhi perbendaharaan bahasa Indoneisa. Akhirnya dapat diprediksi lambat laun perbendaharaan bahasa gaul (prokem) bisa menjadi bahasa baku dalam bahasa Indonesia. Konkritnya bahasa Indonesia bukan makin berkembang menjadi bahasa ilmiah melainkan tergerus ke lembah kehancuran.

            Satu diantara banyak jalan keluar adalah pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah harus lebih memadai. Materi pembelajaran bahasa Indonesia harus mempunyai prioritas yang utama. Tujuan pokok belajar bahasa Indonesia harus diterapkan. Selain itu, yang perlu menjadi perhatian adalah bagaimana menarik minat baca peserta didik terhadap buku-buku bahasa dan sastra Indonesia. Karena dengan itu niscaya perkembangan bahasa gaul dapat dibendung. Harus ada sinkronisasi dan kerjasama berbagai pihak entah itu akademisi, pelajar, pejabat pemerintah, serta lembaga terkait agar penggunaan bahasa Indonesia mencapai entitas utamanya. Kuncinya adalah penting untuk setiap rakyat Indonesia untuk memiliki kecintaan terhadap bahasa Indonesia.

Ciri-ciri Bahasa Gaul
Ragam bahasa ABG memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek seperti ‘permainan – mainan, pekerjaan – kerjaan.
Kalimat-kalimat yang digunakan kebanyakan berstruktur kalimat tunggal. Bentuk-bentuk elip juga banyak digunakan untuk membuat susunan kalimat menjadi lebih pendek sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak lengkap. Dengan menggunakan struktur yang pendek, pengungkapan makna menjadi lebih cepat yang sering membuat pendengar yang bukan penutur asli bahasa Indonesia mengalami kesulitan untuk memahaminya. (Nyoman Riasa)
1.      Tambahan awalan ko.  
Awalan ko bisa dibilang sebagai dasar pembentukan kata dalam bahasa okem. Caranya, setiap kata dasar, yang diambil hanya suku kata pertamanya. Tapi suku kata pertama ini huruf terakhirnya harus konsonan. Misalnya kata preman, yang diambil bukannya pre tapi prem. Setelah itu tambahi awalan ko, maka jadi koprem. Kata koprem ini kemudian dimodifikasi dengan menggonta-ganti posisi konsonan sehingga prokem. Dengan gaya bicara anak kecil yang baru bisa bicara, kata prokem lalu mengalami perubahan bunyi jadi okem. 

2. Kombinasi e + ong
Kata bencong itu bentukan dari kata banci yang disisipi bunyi e dan ditambah akhiran ong. Huruf vokal pada suku kata pertama diganti dengan e. Huruf vokal pada suku kata kedua diganti ong.

3. Tambahan sisipan Pa/pi/pu/pe/po
Setiap kata dimodifikasi dengan penambahan pa/pi/pu/pe/po pada setiap suku katanya. Maksudnya bila suku kata itu bervokal a, maka ditambahi pa, bila bervokal i ditambahi pi, begitu seterusnya.

Sumber :







PROPOSAL PENULISAN ILMIAH


NAMA              : NURJANAH
NPM                 : 10208930
KELAS             : 3EA10
TUGAS             : BAHASA INDONESIA 2

Pertemuan ke-2

Proposal

            Proposal adalah sebuah tulisan yang dibuat oleh si penulis yang bertujuan untuk menjabarkan atau menjelasan sebuah tujuan kepada si pembaca (individu atau perusahaan) sehingga mereka memperoleh pemahaman mengenai tujuan tersebut lebih mendetail. Diharapkan dari proposal tersebut dapat memberikan informasi yang sedetail mungkin kepada si pembaca, sehingga akhirnya memperoleh persamaan visi, misi, dan tujuan. Ada beberapa hal yang biasanya didetailkan dalam proposal bisnis:
1)   Penjabaran mendetail mengenai tujuan utama dari si penulis kepada pembacanya;
2) Penjabaran mendetail mengenai proses bagaimana mencapai tujuan si penulis kepada pembacanya;
3) Penjabaran mendetail mengenai hasil dari proses yang telah dijabarkan diatas sehingga mencapai tujuan yang diinginkan oleh si penulis dan juga si pembaca

Proposal merupakan rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan kerja. Proposal dibuat denga tujuan untuk mendapatkan izin atau pertsetujuan atas kegiatan yang akan dilaksanakan. Sebuah proposal harus menyajikan hal-hal berikut :
1)      Latar belakang;
2)      Masalah;
3)      Tujuan;
4)      Sasaran;
5)      Pelaksanaan;
6)      Jadwal pelaksanaan;
7)      Anggaran pelaksanaan;
8)      Penutup.


Sistematika Proposal 

Rancangan atau proposal penelitian untuk skripsi mahasiawa terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut :
                                I.          PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan ini mengemukakan tentang latar belakang masalah dan urgensi mengapa penelitian tersebut perlu dilakukan. Hal itu dapat dikemas dalam beberapa bagian seperti :
1)      Latar belakang;
2)      Identifikasi masalah;
3)      Batasan dan rumusan masalah;
4)      Tujuan dan manfaat penelitian

                              II.          LANDASAN TEORI
Bagian ini terdiri dari :
1)      Uraian teori;
2)      Kerangka konseptual;
3)      Hipotesis (untuk penelitian tertentu boleh tidak menggunakan hipotesis).

                            III.         METODOLOGI PENELITIAN
Bagian ini menyajikan penjelasan antara lain meliputi :
1)      Variabel penelitian (definisi operasional);
2)      Tempat dan waktu penelitian;
3)      Sumber data atau populasi dan sampel;
4)      Alat pengumpul data (sebaiknya dilengkapi dengan kisi-kisi atau indikator);
5)      Teknik analisis data yang digunakan.

                           IV.            PEMBAHASAN

                             V.            DAFTAR PUSTAKA

Proposal Penulisan Ilmiah

Judul :  ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP PELAYANAN BANK MANDIRI (PERSERO) TBK DI BAGIAN RETAIL & CONSUMER RISK GROUP

Latar Belakang Masalah
            Sektor perbankan memegang peranan penting dalam usaha pengembangan di sektor ekonomi, dan juga berperan dalam meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat.
Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing menuntut setiap bank untuk memperhatikan kebutuhan dan keinginan nasabahnya serta berusaha memenuhi apa yang mereka harapkan dengan cara yang lebih unggul serta lebih memuaskan dari pada yang dilakukan oleh pihak bank dan pesaing lainnya. Sehingga perhatian bank tidak hanya terbatas pada produk barang atau jasa yang dihasilkan saja, tetapi juga pada aspek proses, sumber daya manusia, serta lingkungannya.
Bank Mandiri sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia tentunya telah memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Sebagai bank yang telah cukup lama dikenal oleh masyarakat luas, maka Bank Mandiri tentunya telah memiliki standar pelayanan yang diimplementasikan secara seragam di seluruh jaringan kantornya.
Seiring dengan semakin tingginya permintaan kredit dari nasabah, maka Bank Mandiri telah siap menghadapi segala kemungkinan-kemungkinan yang sekiranya akan meyebabkan terjadinya kredit macet. Untuk itu Bank Mandiri membentuk sebuah divisi atau group yaitu Retail & Consumer Risk Group, dimana tujuan dibentuknya divisi ini adalah untuk menangani kredit bermasalah.

Rumusan Masalah :
1.     Bagaimanakah tingkat kepuasan nasabah terhadap pelayanan yang diberikan       oleh Bank Mandiri khususnya dibagian Retail dan Consumer Risk Group           ditinjau dari lima dimensi pelayanan, yaitu kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), empati (empathy) serta berwujud (tangible).
2.   Atribut-atribut apa saja yang harus dipertahankan serta ditingkatkan dalam memperoleh keunggulan yang kompetitif dalam hal pelayanan dalam era persaingan seperti sekarang ini.
3.      Bagaimana kesenjangan (gap) yang terjadi antara persepsi (pelayanan yang diterima nasabah) dengan kepentingan (harapan nasabah) terhadap pelayanan yang diberikan oleh Bank Mandiri.

Tujuan Penelitian :
1.     Mengetahui tingkat kepuasan nasabah terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh Bank Mandiri ditinjau dari dimensi kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance),empati (empathy), serta berwujud (tangibles).
2.   Mengetahui atribut-atribut apa saja yang harus dipertahankan serta ditingkatkan guna memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabah.
3.     Mengetahui tingkat kesenjanagan (gap) antara persepsi (pelayanan yang diterima nasabah) dengan kepentingan (harapan nasabah) yang terurai dalam Service Duality Gaps terhadap pelayanan yang diberikan oleh Bank Mandiri.

Metodologi :
1.    Data yang digunakan : data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada nasabah-nasabah kartu kredit dan jasa-jasa lainnya dari Bank Mandiri serta data sekunder yang didapat bdari data internal Bank Mandiri.
2.      Melakukan pengukuran (skala likert)
3.   Metode pengumpulan data : menggunakan teknik purposive random sampling (metode pengambilan sampel yang didasarkan atas penilaian).

Hasil Penelitian :
Hasil pengukuran atas atribut-atribut (faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap nasabah) tersebut memungkinkan pihak-pihak bank untuk menitikberatkan upaya perbaikan pada hal-hal yang benar-benar dianggap penting oleh nasabah. Dengan melakukan perhitungan nilai kesenjangan (gap) pada setiap dimensi kualitas pelayanan jasa, maka dapat diketahui sampai sejauh mana tingkat kesesuaian antara tingkat kinerja dan tingkat kepentingan pada setiap dimensi tersebut. Dari hasil perhitungan, nilai gap negatif tertinggi adalah pada dimensi tangibles. Sedangkan nilai gap negatif terendah terdapat pada dimensi responsiveness. Dengan melakukan perhitungan nilai kesenjangan (gap) pada setiap dimensi kualitas pelayanan jasa, maka dapat diketahui sampai sejauh mana tingkat kesesuaian antara tingkat kinerja dan tingkat kepentingan pada setiap dimensi tersebut. Dari hasil perhitungan, nilai gap negatif tertinggi adalah pada dimensi reliability. Sedangkan nilai gap negatif terendah terdapat pada dimensi responsiveness. Dan untuk dimensi empathy dan assurance sudah lebih baik (dengan nilai gap positif), karena tingkat kinerja (pelayanan yang diterima nasabah) yang melebihi tingkat kepentingan (harapan nasabah)

Simpulan :
1.    Tingkat kualitas pelayanan yang diberikan oleh para petugas bank masih belum memenuhi tingkat kepuasan nasabah secara menyeluruh. Namun jika dilihat dari masing-masing dimensi kualitas terhadap kepuasan yang dirasakan oleh nasabah, maka :
a.    Kualitas pelayanan jasa yang diberikan oleh petugas security, lebih didominansi oleh dimensi empathy dan tangibles.
b.  Kualitas pelayanan jasa yang diberikan oleh petugas customer service, lebih didominansi oleh dimensi empathy dan assurance.
c.     Dan Kualitas pelayanan jasa yang diberikan oleh petugas collection, lebih didominansi oleh dimensi assurance dan empathy.
2.    Berdasarkan pemetaan dengan menggunakan diagram kartesius terhadap kelima dimensi kualitas pelayanan jasa yang diberikan oleh petugas bank.
3.    Kesenjangan yang terjadi antara tingkat kepentingan dengan tingkat kinerja berdasarkan urutan kesenjangan yang paling tinggi pada kualitas pelayanan jasa oleh petugas security adalah pada dimensi reliability, petugas customer service adalah dimensi tangibles, dan pada petugas collection adalah dimensi reliability.

Saran :
           Berdasarkan simpulan maka saran yang penulis dapat sampaikan adalah bahwa tingkat kualitas pelayanan yang diberikan oleh para petugas bank sebagai penyedia jasa perbankan harus lebih ditingkatkan lagi sehingga dapat memberikan kepuasan pada para nasabah.


Daftar Pustaka

Drs. Sutedja Sumadipura, Dra. Harmoni Syam. “Mampu Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.” Bandung: 1996.

Drs. M.E. Suhendar, M.Pd. “Pengajaran dan ujian Keterampilan Membaca dan Ketrampilan Menulis.”








Sabtu, 26 Maret 2011

Tugas Komputerisasi Lembaga Keuangan Perbankan


Nama           : NURJANAH
Npm            : 10208930
Kelas           : 3EA10

Sumber Dana Bank dan Proses Kliring

Pendahuluan
       Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang semakin meningkat dengan pesat dewasa ini, penggunaan alat-alat lalu lintas pembayaran giral (uang giral) seperti Cek, Bilyet Giro, Nota Kredit, dan lain-lain sebagai alternatif pembayaran disamping uang kartal dalam transaksi perdagangan dan jasa semakin lazim digunakan di Indonesia. Kecenderungan para pelaku ekonomi dalam melakukan penyelesaian transaksi perekonomian menggunakan dana yang tersimpan di rekening bank melalui proses kliring dan penyelesaian akhir (setelmen) di bank sentral (Bank Indonesia) antara lain disebabkan oleh adanya beberapa keunggulan pembayaran dengan menggunakan alat lalu lintas giral dibandingkan dengan uang tunai, antara lain faktor efektivitas, efisiensi dan keamanan.
          Selanjutnya dalam Pasal 8 UU BI, disebutkan bahwa salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran tersebut Bank Indonesia berwenang untuk :
a.    Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran;
b.    Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan tentang kegiatannya;
c.    Menetapkan penggunaan alat pembayaran.
          Dalam kaitan dengan pelaksanaan penyelenggaraan jasa sistem pembayaran sebagaimana dimaksud di atas, Pasal 16 UU BI menyebutkan bahwa Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antar bank dalam mata uang rupiah dan atau valuta asing. Penyelenggaraan kliring antar bank tersebut dimaksudkan untuk mempermudah cara pembayaran dalam upaya memperlancar transaksi perekonomian dengan perantaraan perbankan (bank peserta kliring) dan Bank Indonesia yang bertindak sebagai penyelenggara kliring. Dengan adanya kliring diharapkan penggunaan alat-alat lalu lintas pembayaran giral di masyarakat dapat meningkat sehingga otomatis akan meningkatkan simpanan dana masyarakat di Bank yang dapat dipergunakan oleh bank untuk membiayai sektor-sektor produktif di masyarakat.

Pembahasan
       Didalam laporan neraca suatu bank selalu terdapat sisi Asset dan Liabilities. Dimana sisi Asset terdiri dari Loan Kredit, securities dan other asset. Dan dari sisi Liabilities terdiri dari deposit, securieies dan capital
        
1.     Pengertian Kliring
Sesuai PBI No.7/18/PBI/2005 tanggal 22 Juli 200, Kliring: “Pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar Bank baik atas nama Bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu”

Lalu lintas pembayaran giral :
suatu proses kegiatan bayar membayar dengan wakat atau nota kliring, yang dilakukan dengan cara saling memperhitungkan diantara bank-bank, baik atas beban maupun untuk keuntungan nasabah ybs.


          Pola transaksi antar bank :

2.    Peserta Kliring
Ø  Peserta Langsung
          Bank-bank yang sudah tercatat sebagai peserta kliring dan dapat memperhitungkan warkat atau notanya secara langsung dengan BI atau melalui PT Trans Warkat sebagai perantara dengan B I. Contoh: Bank Retail, Bank Devisa.
Ø  Peserta Tidak Langsung
          Bank-bank yang belum terdaftar sebagai peserta kliring akan tetapi mengikuti kegiatan kliring melaui bank yang telah terdaftar sebagai peserta kliring.
Contoh : BPR

3.    Warkat/Nota Kliring
          Adalah Adalah alat atau sarana yang digunakan dalam lalu lintas pembayaran giral, yaitu surat berharga atau surat dagang seperti :
·         cek,
·         bilyet giro,
·         wesel bank untuk trasfer atau wesel unjuk,
·         bukti-bukti penerimaan transfer dari bankbank,
·         nota kredit, dan
·         surat-surat lainnya yang disetujui oleh penyelenggara ( B I )
         
          Syarat-syarat warkat yang dapat dikliringkan :
·         Ber valuta Rupiah
·         Bernilai nominal penuh
·         Telah jatuh tempo pada saat dikliringkan
·         Telah dibubuhi cap kliring

Jenis – jenis warkat kliring :
·         Warkat debet keluar
                   Adalah warkat bank lain yang disetorkan oleh nasabah untuk keuntungan rekeningnya.
·         Warkat debet masuk
                   Adalah warkat yang diterima oleh suatu bank atas cek sendiri yang ditarik oleh nasabahnya,
·         Warkat kredit keluar
Adalah warkat dari nasabah sendiri untuk disetorkan kepada nasabah lain pada bank lain.
·         Warkat kredit masuk
Adalah warkat yang diterima oleh suatu bank untuk keuntungan rekening nasabah bank tersebut.

Mekanisme Kliring Manual :

 
Mekanisme Kliring Elektronik :